Tampilkan postingan dengan label Humor Batak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Humor Batak. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Maret 2012

Lebaran vs Sempitan

Ini cerita tentang orang Batak yang sedang pergi ke RLD (sebut saja Kramtung alias Kramat Tunggak atawa Bongkaran juga boleh), kejadian ini kebetulan pas bulan puasa menjelang lebaran. Kebetulan lagi, si Batak satu ini lagi bokek, sehingga terjadi tawar menawar yang cukup alot, akhirnya dicapai kesepakatan dan si Batak mendapatkan discount hampir 40 % dari harga normal.
Setelah menyelesaikan tugasnya termasuk memberikan bayaran yang telah disepakati, si cewek memberanikan diri minta tambahan, mas ... tambah dong .... lebaran nih. Si Batak spontan menjawab (dengan aksen Batak tentunya): lebaran kau bilang ... yang sempitan saza tak kutambah.

Lanjutan TOMAS Vs Tobing

Ternyata si batak ini memang galak dan beringas. Jotosan barangnyapun memang aduhai. Ini mebuat perempuan Solo tadi semakin ketagihan. Dengan logat Jawanya yang medok si perempuan nagih ke Tomas..maleh mas (lagi mas)...maleh mas. Apa?? geram si Tomas. "Maleh mas.. maleh mas... maleh mas.." ulang si perempuan tambah keenakan.. Tapi.. dasar si Tomas yang nggak pernah ngerti bahasa Jawa malah menjawab dengan penuh emosi.. Lemas..! Lemas.. kau bilang? Apa lemas-lemas! Ini lihat ..(sambil menunjuk ke barangnya).. Buka matamu.. Tidak kau lihat ini tegak seperti monas???

Tomas vs Tobing

Ada seorang Batak bermarga Tobing, dapat tugas dua minggu ke Jakarta. Pada dasarnya si Batak ini orang baik, no alcohol, no drugs, no womanizing, pokoknya NO untuk yang negatif-negatif. Teman-temannya sering mengajak si Batak ini untuk looking for good place and good time (pinjam istilah populer supir-supir taksi di Manila), tapi dia tidak pernah mau. Namun , setelah seminggu di Jakarta dan tidak pernah ketemu sang istri tercinta akhirnya dia berhasil diajak teman-temannya ke salah satu RLD (red light district) di Jakarta.
Di tempat tersebut dia mendapat partner mojang Solo yang lembut dan cantik, dasar Batak yang suka sradak-sruduk, dalam ‘making love’ juga sradak-sruduk. Awalnya si cewek berusaha memberikan sevice yang terbaik, namun lama-lama karena merasa risih, si cewek bilang dengan lembut, pelan-pelan toh mas. Tapi si Batak tidak perduli dan tetap aja sradak-sruduk, si cewek bilang lagi pelan-pelan toh mas, sampai beberapa kali. Akhirnya si Batak menyahut (dengan aksen Batak tentunya) ... Tomas lagi ... Tomas lagi kau bilang, aku bukan Tomas (toh mas) ..... Tobing-nya aku. Si Batak terus menuaikan tugasnya ..... tetap saja sradak-sruduk.

Indonesia Lebih Canggih

Seorang bapak dari pulau Samosir (Tapanuli Utara), walau hanya seorang petani miskin didesanya, berhasil menyeberangkan putranya 'Ucok' sehingga tamat dari satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Setelah berhasil meraih gelar insinyur Ucok bekerja di satu perusahaan swasta di Jakarta.

Setahun kemudian atas sponsor perusahaan Ucok mendapat tugas belajar di Negeri Sakura.

Sepulang dari Jepang, Ucok mengambil cuti bermaksud menemui orangtuanya di kampung. Si bapak sangat berbangga hati, Ucok putranya, telah menjadi 'orang'. Oleh si bapak semua keluarga dekat diundang untuk makan malam bersama; ingin memperlihatkan rasa "besar hatinya' pada semua sanak keluarga. Sambil makan si bapak bertanya pada Ucok sekalian ingin memberitau pada sanak keluarga atas keberhasilannya menyekolahkan Ucok. Si bapak bertanya dengan logat Bataknya yang khas.

Bpk. :"Ucok, selama ini kau sekolah dan sekarang sudah menjadi insinyur dan telah pula pergi ke negeri Zepaang, coba kau ceritakan pada kami-kami ini apa-apa sazzaa yang kau lihat di Zepang itu, biar kami tau..".
Ucok :"Ach bapak ini. Banyaklah yang ku liat.. Negeri Zepang itu mazzuu sekali pak, tidak seperti negeri kita ini..".
Bpk. :"Mazzuu bagaimana Ucok, cobalah kau ceritakan biar kami tau..".
Ucok :"Di Zeppang itu pak.. kapas kita masukkan keluar kain, besi kita masukkan keluar mobil".
Bpk. : (karena Ucok tidak bercerita tentang keberhasilannya agar si bapak merasa bangga di depan mata orang ramai, dengan nada kesal si bapak berucap): "Mazzam-mazzam saja kau ini Ucok!, bukan itu yang aku maksudkan. Kalau soal masuk-memasukkan itu, sudah lamanya aku tau.. Kumasukkan ini (?-red) keluar kau...!."

Batak, Jawa, Arab ,dan Amerika

Seorang lelaki Batak sedang mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Hawaii dengan menumpang pesawat terbang ...

Beberapa lelaki lain duduk sejajar dengannya, yaitu lelaki Jawa asli, Arab dan Amerika.

Pada jam makan siang, Pramugari menghidangkan makanan pada semua penumpang. Setelah selesai makan lelaki Batak ini memperhatikan lelaki lain yang duduk sejajar dengannya.

Pertama sekali dia lihat si orang Amerika mengeluarkan selembar uang 100 dollar Amerika, membersihkan mulut dan tangannya dengan uang itu... kemudian dibuang...
Si orang Batak terkejut... "Bahh... kok kau buang uang 100 dollar mu itu???"

Dengan tenangnya si Amerika menjawab (setelah diterjemahkan..) "Ah, tenang saja Amerika kan kaya, masih banyak dollar!!"

Seterusnya dia lihat si orang Arab, selesai makan mengeluarkan sebotol minyak wangi yang (pasti) mahal... menyemprotkannya ke tangan dan dada...dan dibuang...
Si orang Batak terkejut lagi...

"Bahh... kok kau buang minyak wangi mu itu? Kan masih banyak isinya??"
Dengan tenang si Arab menjawab (juga setelah diterjemahkan..)

"Ah, tenang saja, kan Arab kaya, masih banyak minyak di sana!"...

Busyet, si orang Batak terkejut setengah mati. Akhirnya dia ambil lelaki Jawa disebelahnya dia lempar keluar pesawat. Kali ini lelaki Amerika dan
Arab yang terkejut...
"Kenapa kamu lempar dia??"

Dengan tenang si orang Batak menjawab,
"Ah, tenang sazza lah, Indonesia kaya, masih banyak orang Zawa di sana..."

Sinaga

Di sebuah bus jurusan Medan yang berasal dari Solo terdapat 2 orang yang berlainan suku, yaitu orang Batak dan orang Jawa. Semasa dalam perjalanan mereka berdua saling membanggakan daerah mereka masing-masing. Si Jawa membanggakan daerahnya seperti: banyaknya candi di jawa tengah yang sangat terkenal.

Begitupun si Medan yang membanggakan Danau Toba yang insah dan sangat terkenal pula. Tidak terasa bahwa bus yang mereka naiki akhirnya tiba di terminal bus Medan,tetapi mereka berdua masih saja berdebat. Akhirnya dengan berat hati mereka turun dari bus.

Begitu menjajakkan kakinya ketanah si jawa merasa kurang enak apabila mereka belum bisa cocok akhirnya ia minta maaf dengan keangkuhannya tadi dan si Medanpun tidak keberatan. Si Medan berkata

"Ngomong-ngomong dari Solo sampai ke Medan kita belum tahu nama masing-masing".
"Oh iya benar juga", kata si Jawa.

Dan merekapun berjabat tangan dan yang mulai menyebutkan namanya yaitu si Medan dengan agak keras si Medan menyebutkan namanya "Sinaga".

Mendengar kata itu si Jawa merasa kaget dan dalam hati Ia berkata 'Udah turun masih sombong juga' maka Ia menyebutkan namanya "Embahe Ulo (embahnya Ular)".

Ternyata si Jawa mengira nama sinaga adalah dibuat-buat maka ia membalas dengan mengatakan namanya embahnya ular agar setaraf dengan nama "NAGA".

Kamis, 22 Maret 2012

Manuhor Pulsa

Adong ma sada ama-ama sian huta pardomuan, sukses besar dalam bisnis durianna. Panen na sukses hampir mencapai omzet 10 juta dalam 1 bulan. Alani lumayan do untung na, gabe kepingin ma amanta i laho mar handphone sebagaimana nadi nipi-ipihon salelengon.

Laho ma amatta i tu sada toko handphone di bilangan segitiga emas Sidikalang, alias jalan Sisingamangaraja. Songonon ma kira-kira pembicaraan antara amanta i dohot par toko handphone on:

A : "Ai laho manuhor handphone au lae, na songon dia do na pas di natua-tua songon au. Argana hira-hira 1 tu 2 juta. Ai nasai do pe adong hepengku."
TH : "Ohh... adong amang, type na NOKIA 3260, balga-balga do tombol na, dang susa amang molo lau mamiccit nomorna. On ma contoh na amang. Argana holan 1,5 juta do."
A : "Boi .. boi ma i. Baen ma dohot nomor na sekalian. Pasang ma sekaligus, dang hupaboto-boto mamasang i, sekalian ma dohot pulsana."
TH: "Boi amang, on ma nomor na, pillit hamu ma. Molo pulsana, na sadia ma ta baen amang, adong 25 ribu, 50 ribu dohot 100 ribu."
A : "Ai hamu ma mamillit nomor nai, baen ma nomor na bagak. Molo pulsanai si 100 ribu ma baen."
TH : "Boi amang, alai sebelum hupillit no nai, ai didia do halak amang tinggal?"
A : "Di pardomuan, jonok do tu tigalingga"
TH : "Ohh... alai hurasa amang, dang adong dope sahat jaringan tu Pardomuan."
A : "Ima... ima .. nga boi i . Baen ma 100 ribu dohot jaringan na i, bila porlu 200 ribu pe boi, asa unang mulak-ulak iba tu Sidikkalang on."
TH : "???!!??"

Orang Batak Medan

Seorang supir truk berpelat nomor BB berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.

“Kasih dulu cendolnya, Embak..”

“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.

“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.

“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.

“Hah, nggak pakek gelas pun tak ‘papalah…”

“Dasar wong edan,” gerutu si pedagang sambil kebingungan.

“Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!”

Bawa Oleh-Oleh Mangga dari Toba ke Bandung

Satu waktu seorang Bapak yang baru datang dari Toba mengunjungi anaknya yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah beberapa hari tinggal di rumah anaknya dia pun bermaksud mengunjungi familinya yang tidak jauh tinggalnya dari tempat kost anaknya di perkampungan yang padat dan harus melewati gang-gang. Dia pun membeli 2 kg mangga sebagai oleh-oleh.

Di perjalananan karena gangnya memang sempit, setiap kali dia melewati orang-orang yang sedang duduk depan rumahnya, si Bapak mengatakan permisi dan disahut mangga. Si Bapak merasa heran, kok mereka tahu ya saya bawa mangga? Lalu diberikannya sebuah mangga kepada orang tersebut, demikian seterusnya setiap kali dia mengatakan permisi dan disahut mangga, dia memberikan sebuah mangga. Sampai akhirnya habislah mangga yang dibelinya tersebut.

Sesampai di rumah kerabatnya, dia pun menceritakan bahwa tadinya dia membawa mangga untuk oleh-oleh, tetapi diperjalanan habis diminta orang-orang. Dia pun menceritakan apa yang dialaminya dan kerabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak...

Butet Menghadapi Ujian Semester

Alkisah, Butet si Gadis Cantik dari Batak akan menghadapi ujian semester. Agar bisa konsentrasi, dia memutuskan menyepi ke villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu Cipanas.

Beberapa pemuda tanggung langsung hutasoit-soit melihat butet yang seksi itu. Tapi butet tidak peduli, dia jala sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring Naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang dibakar dengan batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut , Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan kesana ber-bukit-bukit. Kadang nainggolan, kadang manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak pohan. Kebanyakan pohan ”tanjung“. Beberapa diantaranya ada yang simatupang diterjang badai semalam.

Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, wow, siregar sekali hawanya, berbeda dengan jakarta yang panggabean penuh asap. Hembusan perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh simarmata memandang warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang girsang.

Mulanya butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam renang yang akan di -hutahuruk dengan tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja. Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar ”Sinaga... !” teriaknya sambil lari sitanggang langgang.

Celakanya dia malah terpeleset dari tobing yg tinggi sehingga bibirnya sihombing. Kasihan sekali..., butet menangis marpaung-paung lantaran kesakitan.

Tetapi..., dia lantas ingat... bahwa sebagai orang batak pantang untuk menangis. Dia harus togar...!

Maka, dengan menguatkan, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan panjaitan terhadap bibirnya yang sihombing itu. Mantri puskesmas tergopoh-gopoh simangunsong di pintu untuk menolongnya.

”Hem... ongkosnya pangaribuan... ” kata mantri setelah memeriksa sejenak.
”Itu terlalu mahal... bagaimana kalau napitupulu saja?” tawar si Butet
”Napitupulu terlalu murah, mengertilah saya sebagai PNS pandapotan saya khan kecil sekali , ekonomi keluarga saya sudah sangat ginting sekali,” kata mantri memelas
”Jangan begitulah, masa tidak siahaan melihat bibir saya begini?“.
”Baiklah , tapi panjaitan nya pakai jarum sitompul saja” sahut mantri mulai agak kesal.
”Cepatlah! aku sudah hampir munthe, yach... saragih sedikit tidak apa-apalah, dari pada bibirku sihombing terus...”

Malamnya...,

Ketika sedang asik belajar sambil makan kue lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan rajagukguk. Wah... Butet bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi ”Poltak...!” keras sekali.

”Ada situmorang ……! “,

”Sialan, cuma kucing...” desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang silaen-laen.

Selesai belajar...,

Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery chanel yang menampilkan hutabarat Amazon di Kanada yg terkenal itu serta simamora gajah purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu nasional RI yang terkenal dengan seruannya ”Simanjuntak gentar, sinambela yang benar...!”.

Keesokan harinya...,

Butet kembali ke Jakarta dan langsung pergi ke kampus.

Di depan ruang ujian dia membaca tulisan ”Harahap tenang, ada ujian “.
Butet bergumanm ” ah ….. aku kan marpaung, boleh ribut dong …. ! “.

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

Pir atau Piro

Ada seorang Mandailing (bukan Batak, Mandailing adalah suku lain di daerah Selatan Sumut) merantau ke Jakarta, karena tidak berhasil mendapat kerja kantoran akhirnya si Mandailing ini berwirasta alias berjualan apa saja di pasar Manggarai, hari ini jualan sayur, besok jualan barang bekas, pokoknya apa saja yang memberikan untung.

Suatu hari si Mandailing ini berjualan pepaya, tengah hari datang seorang pembeli, kebetulan seorang Jawa pembantu rumah tangga yang baru datang di Jakarta, bahasa Indonesia-nya belum lancar. Sesuai instruksi majikan, si Jawa mencoba merasakan apakah pepaya yang dijual sudah masak atau belum. Dengan halus si Mandailing memperingati : “zangan keras-keras mas, supaya tidak penyok” (dengan logat Mandailing tentunya yang mirip dengan logat Batak). Setelah yakin bahwa pepaya yang mau dibeli sudah matang, si Jawa bertanya: “piro siji?”, si Mandailing heran dan tidak mengerti dan dia menjawab: “tidak keras mas ... lunak kok, coba lagi” (pir -dari piro- dalam bahasa Mandailing artinya keras).

“Ya ..... piro siji?”, si Jawa bertanya lagi, mulai keheranan.
“Tidak keras mas .... coba lagi”, si Mandailing menjelaskan lagi dengan nada mulai meninggi.
“Lha iya ...... piro?”, si Jawa bertanya lagi, tambah heran.

Misunderstanding terus berlanjut, si Mandailing makin marah dan si Jawa makin heran. Akhirnya si Mandailing bilang : “sudah kubilan lunak ... keras (pir) kau bilang .... lihat ini .....”, si Mandailing menonjok pepayanya sampai hancur.

“Dasar zawa .... sekarang kau mau apa?!”, tantang si Mandailing. Si Jawa kita terpaksa lari terbirit-birit.

Film Box Office dalam Bahasa Batak

Enemy at the gates -- Matte ho, nga ro !
Remember the Titans -- Ingot hamu partompaon i
The Italian Job -- Parbola
Die Hard -- Dang ra mate
Die Hard II -- Tong, dang olo mate
Die Hard III -- Dang marna mate fuang !!
Bad Boys -- Si roa balangs
Sleepless in Seattle -- Markombur di radio, dia boi modom ?
Lost in Space -- Dibondut banua holling
X-Men -- Pantang so bilak
X-Men 2 -- Tong sai pabilak-bilakhon
The Brotherhood of War -- Manat Mardongan-tubu
Paycheck -- Bayar habis panen ma i, bah!
Independence Day -- Agustusan
The Day After Tomorrow -- Haduan
Die Another Day -- Dang jadi mate sadarion
There is Something About Marry -- Si Maria Pargabus
Silence of the Lamb -- Hambing Parhohom
Planet of the Apes -- Huta ni Bodat
Gone in Sixty Second -- Marimpot-impot
Freddy vs Jason -- Peredi VS Jekson
Air Bud -- Panangga (biang)
How To Lose A Girl in 10 Days -- Topar
Lord Of The Ring -- Tulang. (ai tulang do si jalo tintin marangkup )
Deep Impact -- Hansit naii
Million Dollar Baby -- Ai sajuta arga ni Babi saonari?
Blackhawk Down -- Lali lao manangkup manuk
Saving Private Ryan -- (Ai ise si Ryan on? So ditanda batak goar 'rian'. Peredi, Jekson, Mikael, Ultop, ... dll.)
Dumb and Dumber -- Lam Loakon
The Collateral -- Si Padalan Hepeng
Braveheart -- Parate-ate
Payback -- Garar Utangmu
My Greek Big Fat Wedding -- Muli Sikobol-kobol
I Know What You Did Last Summer -- Datu
I Still Know What You Did Last Summer -- Unang gabusi ahu, hutanda do ho Ito
Cold Mountain -- Dolok Sanggul ma i...
Any Given Sunday -- Marminggu Hamu Fuang
Beautiful Mind -- Nipi Nama i
Drunken Master -- Parmitu
The Gift -- Durung-durung
Lion King -- Sisingamangaraja
Mr. & Mrs. Smith -- Smith Dohot Oroan na
Rest In Peace -- Dison Do Maradian (bah, judul film apa pulak lagi ini?)
Run Away Jury -- Martabuni Ho Tulang a
Step Mom -- Inang Panirang-Nirangan
Band of Brother --- Dongan Sabutuha, Dongan Sapargaulan
2 Fast 2 Furious --- Manat-manat di dalan

Orang Batak Punya Trisila

Kalau bangsa Indonesia mempunyai Pancasila, suku Batak hanya punya Trisila: Silaban, Silaen dan Silalahi.

Banyak Hutan Singarimbun

Banyak hutan yang Singarimbun
Jalan di bukit naik dan Manurung
Sumber daya alamnya Batubara
Wirausahanya Panjaitan

Pisau tak tajam namanya pisau Sitompul
Banyak plasa, mal, dan Departemen Sitorus
Hobi orang Batak memanjat Tobing
Kucing si meong milik Situmeang

Matahari terbenam ke arah Hutabarat
Tidak bisa baca tulis namanya Hutauruk
Kalau hujan pakailah Sipayung
Makanan kecilnya kue Lubis

Tukang jahit pasti punya Ginting
Musim kemarau sawahnya Girsang
Kalau kirim surat lewat Naipospos
Hobinya naik tebing dan naik Pohan

Setelah pertigaan ada Parapat
Di Jawa ada Pak De di Batak ada Pardede
Sarapannya nasi Sembiring
Mereka suka berkumpul baik si muda maupun Situa

Bayar Ongkos Mikrolet Kurang

Seorang Bapak - Bapak Batak naek Metromini dari Kramat Sentiong menuju Manggarai, tidak mendapat tempat duduk, bapak tersebut bergelantungan bersama penumpang lain di dekat pintu depan. Didepan RSU Cikini, si Kondektur mulai sibuk menagih ongkos dari para penumpang sambil menkrincing-krincingkan uang logam yang ada ditangan nya.

Kondektur : Ongkos Pak

Bapak Batak : nih !!! Sambil meyodorkan uang Rp. 1.500.

Kondektur : Kurang Pak, Rp. 500 lagi.

Bapak Batak : Ah diam kau !!! Setengah jalan nya aku naek, Anjing !!!

Kondektur : Wah, Bapak ini gimana sih, udah bayar ongkos kurang malah maki orang lagi ngomongin orang anjing segala !

Bapak Batak : BAH !!! Masih bagus kau kubilang Anjing, Kubilang Taik, dimakan Anjing Kau !!!

Kondektur itu pucat pasi tak berani lagi berkomentar.

Liburan ke Saribudolok

Pada suatu hari libur anak-anak pak Sabam mau mengunjungi keluarganya di Medan, perencanaan mereka berangkat bersama keluarga dengan mengendarai mobil Pribadi dari Jawa ke Medan.

Tanya punya tanya (kebetulan mereka belum pernah ke Medan sebelumnya) alternatif perjalanan menembus rute Jakarta - Lampung - Pekanbaru - P.siantar - Saribu dolok - Kabanjahe - Medan (katanya sekaligus refreshing).

Mereka pun memulai perjalanan dan beberapa hari mereka tiba di Saribu dolok Kab. Simalungun. Keluarga pak Sabam sejenak istirahat dan makan siang untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan.

Setelah mereka kenyang mereka pun melanjutkan perjalanan sambil melihat-lihat kiri kanan nama kota yang dilalui, kira-kira 2,5 jam mereka terperanjat melihat kota yang dilalui yaitu desa tiga dolok. Tersentak kaget Pak Sabam langsung memberi Perintah kepada Driver untuk kembali ke Jawa :

Pak Sabam : "Mas Selamet kita pulang aja "
Selamet : " ... (heran) kenapa pak? kan belum ke Medan ?"
Pak Sabam : " 2.5 jam yang lalu kita berangkat dari tempat kita makan yaitu saribu dolok, sudah 2.5 jam kita baru melewati tiga dolok, berarti 1 dolok kita menempuh dengan lebih kurang 50 menit, kalau seribu dolok berapa ????"
Selamet : "...(1000 x 50 = 50.000 menit / 60 menit =....... jam?) ##&%$@%"
Pak Sabam : " Sudah pulang saja nanti keburu masa liburan habis "
Selamet : " oke Pak siap dilaksanakan!!"

Kami Mau Cincang

Suatu malam Ucok dan Bapak nya makan di restoran. Mereka berdua ribut untuk memesan makanannya.

Pelayan : "Mau pesan apa pak."
Bapak Ucok: "Kau pesan apa Gi?"
Ucok : "Kok bapak Tanya aku..."
Bapak Ucok: "Kan kau yang ajak Cok!"
Ucok : "Jadi kalau aku yang ajak...kenapa?"
Bapak Ucok: "Ya Ucok yang bayarin..."
Pelayan : "Pak jangan bertengkar... di sini"
Bapak Ucok: "Oke, kami mau cincang!" (makanan khas Batak)
Pelayan : "Apa itu Cincang??"
Ucok : "Makanan khas kami."
Pelayan : "Oh maaf Pak, Cincang tidak ada, yang ada Cacing."

Humor Daerah Sumatra

Tidak bermaksud untuk menghina satu suku tertentu...just joke..Horas...

Pada jaman dahulu kala, hiduplah serorang pendekar wanita, Butet namanya. Sebelum lulus dari Pandapotan silat, ia harus menempuh ujian Nasution. Agar bisa berkonsentrasi, dia memutuskan untuk menyepi ke gunung dan berlatih.

Saat di perjalanan, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu setempat.

Beberapa pemuda tanggung yang lagi nonton sabung ayam sambil Toruan, langsung Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi dan Hotma itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah makan tanpa menanggapi, meskipun sebagai perempuan yang ramah tapi ia tak gampang Hutagaol dengan sembarang orang.

Naibaho ikan gurame yang dibakar Sitanggang dengan Batubara membutanya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak Pohan, kebanyakan Pohan Tanjung. Beberapa diantaranya ada yang Simatupang diterjang badai semalam.

Begitu sampai di atas gunung, Butet berujar "Wow, Siregar sekali hawanya"
katanya, berbeda dengan kampungnya yang Pangabean. Hembusan Perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan, sambil diiringi Riama musik dari mulutnya. Sejauh Simarmata memandang warna hijau semuanya.
Tidak ada tanah yang Girsang, semuanya Singarimbun. Tampak di seberang, lautan ikan Lumban-lumban. Terbawa suasana, mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang diketemukannya hanyalah bekas kolam Siringo-ringo yang akan di Hutahuruk dengan Tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir hutan saja, yang suasananya asri, meskipun nggak ada Tiurma memlambai kayak di pantai.

Sedang asik-asiknya memnikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh ular yang sangat besar. "Sinaga!" teriaknya ketakutan sambil lari Sitanggang-langgang. Celakanya, dia malah terpeleset dari Tobing sehingga bibirnya Sihombing. Karuan Butet menangis Marpaung-paung lantaran kesakitan. Tetapi dia lantas ingat, bahwa sebagai pendekar pantang untuk menangis. Dia harus Togar. Maka, dengan menguat-nguatkan diri, dia pergi ke tabib setempat untuk melakukan pengobatan.

Tabib tergopohg-gopoh Simangunsong di pintu untuk menolongnya. Tabib bilang, bibirnya harus di-Panjaitan.

"Hm, biayanya Pangaribuan" kata sang tabib setelah memeriksa sejenak.

"itu terlalu mahal. Bagaimana kalau Napitupulu saja?" tawar si Butet.
"Napitupulu terlalu murah. Pandapotan saya kan kecil".
"Jangan begitulah. Masa' tidak Siahaan melihat bibir saya Sihombing begini? Apa saya mesti Sihotang, bayar belakangan? Nggak mau kan?" "Baiklah, tapi pakai jarum Sitompul saja" sahut sang mantri agak kesel. "Cepatlah! Aku sudah hampir Munthe. Saragih sedikit nggak apa-apalah".

Malamnya, ketika sedang asik-asiknya berlatih sambil makan kue Lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan Rajagukguk. Dia Bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara disemak-semak tiba-tiba berbunyi "Poltak!" keras sekali.

"Ada Sitomorang?" tanya Butet sambil memegang tongkat seperti stik Gultom erat-erat untuk menghadapi Sagala kemungkinan

Terdengar suara pelan, "Situmeang". "Sialan, cuma kucing." desahnya lega. Padahal dia sudah sempat berpikir yang Silaen-laen. Selesai berlatih, Butet pun istirahat. Terkenang dia akan kisah orang tentang Hutabarat di bawah Tobing pada jaman dulu dimana ada Simamora, gajah Purba yang berbulu lebat. Keesok harinya, Butet kembali ke Pandapotan silatnya. Di depan ruangan ujian dia membaca tulisan: "Harahap tenang! Ada ujian.

"Wah telat, emang udah jam Silaban sih". Maka Siboru-boru dia masuk ke ruangan sambil bernyanyi-nyanyi. Di-Tigor-lah dia sama gurunya "Butet, kau jangan ribut!, bikin kacau konsentrasi temanmu!"

Butet, tanpa Malau-malau langsung Sijabat tangan gurunya, "Nggak Pakpahan guru, sekali-sekali?!"

Akhirnya, luluslah Butet dan menjadi orang yang disegani karena mengikuti wejengan guru Pandapotan silatnya untuk selalu,
"Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar!"

Horas Bah !

BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT
Harga2 NAEK, SAGALA PANDAPOTAN MANURUNG,
Banyak SIHOTANG
Hidup bagaikan mendaki TOBING
Tak ada lagi HARAHAP
Kepala pusing sampai SIBUTAR BUTAR
Rambut rontok dan nyaris POLTAK
Jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN
Anak-anak menangis MARPAUNG-PAUNG
Otak sudah SITOMPUL
Tapi kita masih dimintasabar SITORUS
Jangan putus HARAHAPkatanya
Mintalah PARLINDUNGAN,
supaya BONAR-BONAR selamat ...

BUTET dah... !!

Mencoba Minum Tuak Batak 15 Gelas

Seorang bule yang sedang jalan-jalan ke Medan mendengar soal tuaknya orang Batak dan betapa kerasnya minuman itu. Iseng-iseng dia masuk ke sebuah kedai tuak dan menantang pengunjungnya.

"Siapa yang bisa minum 15 gelas tuak sekaligus, saya kasih uang 500 dollar", katanya sambil meletakkan uang yang dimaksud.

Semua pengunjung terdiam, tak ada yang berani melayani tantangan itu. Bahkan si Tigor yang sedang duduk di sana melangkah keluar.

30 menit kemudian Tigor terlihat kembali ke kedai itu, mendekati si bule dan bertanya, "Hei Mister! Apa tantanganmu tadi masih berlaku?"

"Masih!" jawab Bule itu.

"Ok, aku terima tantangan kau Mister," jawab Tigor.

Segeralah dideretkan 15 gelas tuak di meja. Si Tigor langsung menenggak satu demi satu gelas tuak itu tanpa henti, dan segera saja seluruh gelas kosong.

Si bule hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. 15 gelas tuak habis di minum semua oleh Tigor. Diserahkannya 500 dollar itu ke tangan Tigor sambil bertanya, "Boleh saya tanya tadi waktu anda keluar, anda pergi ke mana?"

"Ooo..itu", jawab Tigor.

"Aku kan tidak tolol Mister. Sebelum menerima tantangan Mister, aku pergi ke Kedai tuak sebelah, di sana aku cobak dulu apa aku bisa..."