Pejabat Roscosmos, sebagaimana dilansir Red Orbit, mengatakan pada tahap awal, pendorong berfungsi dengan baik. Namun, pada tahap selanjutnya, untuk dorongan terakhir satelit ke ruang angkasa, Briz-M mati sebelum waktunya.
Kegagalan ini bukan yang pertama bagi satelit milik Indonesia. Sebelumnya, dua satelit Indonesia juga gagal beroperasi. Berikut catatan dari berbagai sumber:
1. Satelit Palapa B2
Satelit ini memiliki panjang 22 kaki 10 inci. Beratnya mencapai 1.525 pound. Dua panel sel surya pada satelit ini menghasilkan 1.100 watt daya listrik pada awal mengorbit.
Satelit ini generasi ke dua buatan Boeing Satellite Development Center. Satelit ini diluncurkan Februari 1984. Namun, gagal mencapai orbit geosynchronous karena adanya kerusakan roket.
Sattel Technologies (California) membeli satelit yang mengelilingi bumi pada orbit yang tak semestinya ini dari pihak asuransi. Kemudian membuat kontrak dengan NASA untuk mengambilnya.
Pencarian satelit B2 dimulai pada November 1984 dalam misi ruang angkasa STS-51A. Sattel juga membuat kontrak dengan Hughes Aircraft (produsen asli) dan McDonnell Douglas (penyedia layanan peluncuran) untuk membarui.
Kemudian, satelit ini diluncurkan kembali pada April 1990. Peluncuran sukses dan dibeli kembali oleh pemerintah Indonesia. Diberi nama Palapa B2-R.
2. Satelit Palapa C1
Satelit ini dibuat oleh perusahaan Boeing Satellite System di El Segundo, California. Diluncurkan pada 31 Januari 1996, dengan roket pendorong Atlas, dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral.
Satelit Palapa C1 direncanakan memiliki masa operasi selama 7 tahun. Menggantikan Satelit Palapa B4 pada Orbit Geo Stasioner slot 113 derajat Bujur Timur. Namun, pada 24 November 1998, terjadi kegagalan pengisian baterai. Sehingga Satelit Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi. (berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar