Banyak cara menjangkau khalayak melalui media sosial. Berbagai
layanan yang ada sekarang ini, memiliki karakteristik yang menjadi
pilihan masing-masing khalayak. Tetapi pada prinsipnya, tak ada satupun
layanan yang bisa memuaskan setiap pengguna.
Kebutuhan,
karakteristik, dan angan-angan para pengguna yang sangat beragam, sulit
dipenuhi oleh satu layanan media sosial. Lagipula, menyediakan semuanya
dalam satu situs, pasti akan berdampak pada hal teknis, dan juga
kenyamanan dalam menggunakan layanan tersebut.
Karenanya, untuk menjangkau beragam karakteristik pengguna, tidak
mungkin hanya dengan mengandalkan satu kanal media sosial saja. Facebook
sekalipun, yang dihuni paling banyak orang di dunia, belum tentu bisa
menjangkau karakteristik target pasar yang diinginkan oleh suatu
perusahaan.
Mendayagunakan Beragam Media Sosial Sesuai Karakter Penggunanya
Perlu kiranya mengidentifikasi kanal apa saja yang paling tepat
digunakan untuk menjangkau khalayak tertentu. LinkedIn misalnya, menurut
sebuah artikel di simplyzesty.com,
bukanlah kanal yang tepat untuk mengiklankan produk, tetapi lebih tepat
untuk membangun jejaring dan kerjasama dengan sesama rekan bisnis.
Facebook,
sebaliknya lebih tepat digunakan untuk berpromosi, karena lebih banyak
orang berkumpul di sana dan sebagian besarnya adalah khalayak awam.
Jangan coba-coba membuat press release di sana, karena
karakteristik konten yang tersebar di Facebook lebih cenderung bersifat
pribadi, terkait hubungan antar orang atau komunitas tertentu. Sebaiknya
tidak memaksakan konten "serius" di layanan ini.
Konten yang lebih ramah, terkait hal-hal kecil dalam kehidupan
sehari-hari dan menyentuh perasaan, akan lebih tepat dibagikan melalui
Facebook. Konten serius seperti spesifikasi teknis produk baru, atau
perubahan kebijakan perusahaan, akan cepat terlibas oleh konten-konten
seperti album foto perjalanan, foto perkawinan, anak baru lahir,
lagu-lagu atau film favorit, dan sejenisnya.
Beberapa waktu yang lalu, Salingsilang.com pernah memuat hasil survei yang membandingkan khalayak di Facebook Fans Page, dengan Google+ Brand Page.
Hasilnya menunjukkan, pengguna Facebook lebih menyukai konten yang
sifatnya lebih ringan, dan merupakan konsumsi khalayak umum, sedangkan
para pengguna Google+ lebih cenderung menyukai konten seputar
teknologi.
Memecah Saluran Komunikasi Sesuai Karakteristik Konten
Ketika
memiliki produk yang sangat beragam, perlu dipertimbangkan untuk
"memecah" akun media sosial sesuai karakteristik produk. Tujuan akhirnya
tetap sama, menjangkau khalayak dengan karakteristik tertentu. Dalam
kasus ini, ada perusahaan yang memiliki produk atau brand untuk menjangkau target pasar yang spesifik, bisa karena usia, jenis kelamin, atau ketertarikan isu.
Di Twitter misalnya, memungkinkan untuk membuat varian akun sesuai
karakteristik konten yang akan dikirim. Seperti contoh yang ditampilkan
dalam artikel simplyzesty.com, akun Twitter The Guardian (@guardian) terdiri dari beberapa sub-akun yang disesuaikan dengan karakter isi yang disebarkannya.
The Guardian
adalah media asal Inggris yang membahas banyak isu di dalamnya. Untuk
setiap isu, mereka membuat akunnya sendiri, sehingga pembaca tidak harus
"kebanjiran" berbagai macam isu yang tersebar lewat akun utamanya, @guardian. Dengan cara ini, pembaca di linimasa bebas memilih akun mana yang perlu diikuti.
Banyak
akun-akun komunitas yang memanfaatkan cara seperti ini. Meskipun ada
akun komunitas penggemar tingkat nasional, mereka juga tetap memiliki
akun di tingkat daerah. Contohnya adalah akun-akun penggemar klub
sepakbola Liga Primer Inggris, yang pernah dipaparkan dalam infografik
Salingsilang.com, di sini.
Bukan saja karena persoalan identitas, tetapi di setiap daerah
mungkin punya ketertarikan, agenda kegiatan, atau isu khusus yang tidak
relevan dengan daerah lainnya.
Apakah hal ini tidak akan menyusahkan tweeps karena
harus mengikuti banyak akun? Mungkin iya. Tetapi bagi khalayak dengan
karakteristik seperti pembaca The Guardian, kebanjiran isu yang bukan
menjadi ketertarikannya adalah hal yang menyebalkan. Memahami
karakteristik khalayak secara spesifik, membuat keputusan memecah akun
seperti contoh di atas tampak masuk akal.
Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar