SAYA ibu rumah tangga (28), sudah menikah tiga tahun dan
mempunyai satu putri berusia dua tahun. Kehidupan saya dan suami cukup bahagia,
namun ada suatu persoalan yang selalu membayangi saya. Saat baru menikah, di
malam pertama saya tidak “mengeluarkan darah”. Suami saya memang tidak
mempersoalkan hal itu dan hingga saat ini kami tidak pernah membicarakannya.
Mungkin ia menjaga perasaan saya. Tetapi, hati saya tetap merasa tidak enak dan
saya merasa tidak mampu membuktikan kepada suami saya bahwa saya masih perawan.
Hal ini membuat saya merasa rendah diri. Saya betul-betul belum pernah
melakukan hubungan seksual dengan siapa pun kecuali dengan suami saya saat
malam pertama itu. Mengapa saya tidak dapat “mengeluarkan darah” meskipun saya
yakin masih perawan? Dapatkah selaput dara robek tanpa saya ketahui?
Selaput dara merupakan bagian dari
alat kelamin perempuan yang paling banyak menjadi topik pembicaraan. Keutuhan
selaput dara yang oleh sebagian besar masyarakat awam dianggap dapat dibuktikan
dengan terjadinya perdarahan dari vagina pada saat pertama kali melakukan
hubungan seksual, merupakan lambang kesucian atau keperawanan (virginity) bagi
seorang perempuan yang belum menikah. Banyak cerita tragis tentang kehidupan
seorang perempuan yang dihubungkan dengan masalah keutuhan selaput dara.
Bahasa Latin dari selaput dara
adalah hymen yang berasal dari nama dewa Yunani yaitu dewa perkawinan. Selaput
dara merupakan tonjolan dari lapisan bagian dalam vagina (mukosa vagina) dan
terletak pada bagian paling luar vagina (mulut vagina). Umumnya selaput dara berbentuk
seperti “renda” yang mengelilingi bagian tepi mulut vagina. Ketebalan,
kelenturan, serta bentuk selaput dara amat bervariasi.
Vagina sendiri berbentuk seperti
liang yang dibatasi dengan lapisan mukosa di permukaannya dan otot-otot di
bawahnya. Vagina mempunyai daya elastisitas yang amat baik dan diameternya
dapat mengembang sedemikian rupa dengan pengaruh hormon-hormon dan rangsangan
seksual. Demikian juga dengan selaput dara. Variasi ketebalan, kelenturan serta
bentuk selaput dara menentukan mudah tidaknya selaput dara ini “robek” bila
terjadi peregangan pada vagina.
Seperti halnya jaringan tubuh
lainnya, selaput dara juga mempunyai pembuluh-pembuluh darah. Letak serta besar
pembuluh darah ini amat bervariasi pula. Hal-hal di atas ini yang amat mempengaruhi
adanya “perdarahan” saat pertama kali terjadinya hubungan seksual. Contohnya
sebagai berikut. Selaput dara yang tipis, lentur serta mempunyai lekukan
(rugae) sehingga berbentuk seperti anemon (lihat gambar) adalah jenis selaput
dara yang paling elastis dan tidak mudah robek saat terjadinya penetrasi oleh
benda-benda tumpul termasuk penetrasi penis saat hubungan seksual.
Selaput dara yang tebal, serta tidak
mempunyai lekukan-lekukan sehingga berbentuk seperti cincin (anular) mungkin
merupakan jenis selaput dara yang mudah robek bila teregang.
Jenis lain dari selaput dara adalah
yang hampir menutupi seluruh mulut vagina dan hanya mempunyai lubang-lubang
kecil tempat keluarnya darah haid sehingga berbentuk seperti saringan
(cribriform). Selaput dara seperti ini tentu saja dapat dipastikan akan robek
saat melakukan hubungan seksual.
Selaput dara yang menutupi seluruh
mulut vagina seperti penutup gendang, akan menyebabkan tidak dapat keluarnya
darah haid. Hal ini merupakan kelainan yang dikenal dengan nama hymen
imperforata. Wanita dengan selaput dara semacam ini akan mengalami pengumpulan
darah haid di dalam vagina, dan seringkali juga rahimnya. Keluhan yang
dinyatakan adalah hingga usia akil balik ia tidak pernah mengalami haid namun
setiap bulannya ia tetap merasakan rasa tidak enak pada perut bagian bawah
seperti mereka yang sedang mengalami haid. Selaput dara jenis ini biasanya
cukup tebal, dan memerlukan tindakan pembedahan kecil yang amat sederhana untuk
membuat lubang yang cukup untuk tempat keluarnya darah haid. Tidak seluruh
selaput dara dirobek, sehingga pada saat berhubungan seksual pertama kalinya,
perempuan yang pernah mengalami tindakan pembedahan untuk membuat lubang pada
selaput daranya ini masih mungkin mengalami perdarahan lagi.
Letak dan jenis pembuluh darah yang
bervariasi juga mempengaruhi adanya dan jumlah perdarahan yang terjadi. Bila
robekan selaput dara terjadi pada daerah yang kebetulan hanya sedikit sekali
mengandung pembuluh darah dan pembuluh darahnya berukuran amat kecil, maka saat
hubungan seksual perdarahan yang terjadi dapat sedikit sekali, bahkan hanya
setitik sehingga tidak dapat dikenali. Terlebih bila saat melakukan hubungan
seksual terjadi ejakulasi, darah yang hanya setitik itu akan tercampur dengan
cairan sperma. Bila robekan pada selaput dara mengenai pembuluh darah yang
cukup besar, tentu saja perdarahan yang terjadi akan tampak nyata.
Letak selaput dara pada mulut vagina
cukup tersembunyi di belakang bibir kemaluan kecil (labia mayora). Pada
perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual dan belum pernah
melahirkan anak melalui jalan lahir biasa, bibir kemaluan kecil tampak
menangkup di depan mulut vagina, sehingga amat sulit menampakkan mulut vagina
dan selaput dara meskipun perempuan tersebut terbaring dengan kedua sisi
terentang (posisi litomi). Dengan selaput dara yang demikian terlindung akan
sulit sekali terjadi robekan pada selaput dara saat melakukan aktivitas biasa
termasuk aktivitas olah raga seperti berlari, berkuda dan senam. Kecuali bila
terjadi perlukaan pada darah alat kelamin yang cukup hebat yang tentunya juga
akan mengenai bibir kemaluan kecil dan bibir kemaluan besar. Dengan kata lain,
hampir tidak mungkin terjadi robekan pada selaput dara bila bukan ada suatu
benda yang sengaja atau tidak sengaja menusuk ke arah liang vagina atau terjadi
suatu kecelakaan yang begitu hebat hingga mencederai seluruh alat kelamin luar
juga. Pada kondisi seperti ini tentunya perempuan yang mengalaminya akan
merasakan nyeri karena pada daerah alat kelamin luar ini banyak terdapat
ujung-ujung saraf yang menyebabkan daerah tersebut amat sensitif.
Pemeriksaan selaput dara
Pemeriksaan untuk menilai utuh
tidaknya selaput dara juga bukan merupakan pemeriksaan yang mudah. Pemeriksa
haruslah seorang yang ahli dan sudah biasa melakukan pemeriksaan tersebut.
Pertama-tama perempuan yang akan diperiksa akan dibaringkan dalam posisi
terlentang pada meja khusus untuk pemeriksaan ginekologi. Kedua kakinya
diletakkan pada penyangga khusus sehingga kedua sisi pahanya akan terentang. Dengan
satu tangan pemeriksa akan menyingkapkan kedua bibir kemaluan kecil sehingga
selaput dara dan mulut vagina dapat ditampakkan.
Agar selaput dara dapat ditampakkan
dengan jelas, perempuan yang diperiksa harus cukup santai. Untuk dapat menilai
ada tidaknya robekan pada selaput dara maka mulut vagina dan selaput dara harus
agak diregangkan.
Setelah selaput dara tampak
teregang, baru dapat ditampakkan lokasi robekan. Pemeriksa yang belum biasa
atau belum ahli dalam hal ini seringkali akan mendapatkan kesulitan melakukan
penilaian adanya robekan, terutama bila robekan itu adalah robekan yang sudah
lama pada selaput dara yang berbentuk seperti anemon (memiliki rugae).
Setelah uraian di atas khususnya
mengenai adanya variasi kelenturan selaput dara maka tentu saja pemeriksa tidak
dapat menyimpulkan apakah perempuan yang diperiksa ini masih “perawan” atau
tidak dalam arti apakah perempuan yang diperiksa ini sudah pernah melakukan
hubungan seksual atau tidak.
Seorang perempuan dengan selaput
dara yang utuh tetapi elastis, dapat saja sudah pernah melakukan hubungan
seksual tanpa mengalami robekan pada selaput daranya. Sebaliknya seorang
perempuan dengan robekan pada selaput dara dapat saja mengalami robekan bukan
karena hubungan seksual tetapi karena kecelakaan, karena melakukan masturbasi
menggunakan jari atau benda-benda lain yang dimasukkan pada liang vagina, atau
karena pemakaian tampon.
Sumber : Dwiana Ocviyanti Idrus, dr.
SpOG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar